Senin, 26 September 2011

tentang rasa cemas


beberapa bulan lalu saya sempat menulis di twitter tentang susahnya keluar dari cangkang kenyamanan, keluar dari zona nyaman rasanya sangat tak mungkin bagi saya. dan ungkapan hati yang saya wakilkan pada 140 karakter dijejaring sosial itu di tanggapi seorang sejawat senior saya dokter spesialis bedah saraf. beliau menasehati saya untuk berani keluar dari cangkang saya, berani melepas zona nyaman saya, untu ksesuatu yang baru, untuk masa depan yang lebih baik, dan tentu saja untuk bisa membuntikan saya bisa bertahan dalam lingkungan apapun. zona nyaman saya sekarang berupa pekerjaan tetap dgn gaji lumayan dan yang saya harus lakukan sekarang adalah pergi keluar mencari pendidikan yang lebih tinggi dari seorang dokter umum menjadi seorang spesialis. bagi saya ini adalah ujian terbesar yang mempertaruhkan segala bentuk arogansi saya. pertanyaan di kepala saya tak pernah berhenti bergema. bagaimana jika saya tidak lulus??? bagaimana malunya saya. bagaimana kalau seandainya saya lulus tapi saya tak sanggup mengikuti ritme PPDS interna. kecemasan-kecemasan yang membuat saya jadi cepat tua dan tidak bahagia.
saya sedang mengitung hari menuju saat ujian yang pasti akan datang, saya tak mungkin berlari menghindar, yang saya bisa lakukan hanya menghadapi nya siap atau pun tidak siap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar